BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
DOWN SYNDROME
2.1.1 PENGERTIAN
Down syndrome merupakan kelainan yang
dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas. Kelainan yang
berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental. Down syndrome
adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang
diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk
akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi
pembelahan (Wilkipedia Indonesia).
Down syndrome (trisomi 21, mongolisme)
adalah suatu kelainan kromosom yang menyebabkan keterbelakangan mental
(retardasi mental) dan kelainan fisik (medicastore). Down syndrome adalah
kecacatan sebahagian, disebabkan translokasi kromosom (wilkipedia melayu). Anak
dengan Down syndrome adalah individu yang dapat dikenali dari fenotipnya dan
mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya kromosom 21 yang
berlebihan (soetjiningsih).
2.1.2 ETIOLOGI
Pada tahun 1959 Leujene dkk (dikutip dari
Sony HS, dalam buku kembang anak karangan soetjiningsih) melaporkan temuan
mereka bahwanpada semua penderita doen syndrome mempunyai 3 kromosom 21 dalam
tubuhnya yang kemudian disebut dengan trisomi 21. Tetapi pada tahun-tahun
berikutnya, kelainan kromosom lain juga tampak, sehingga disimpulkan bahwa
selain trisomi 21 penyebab lain dari timbulnya penyakit down syndrome ini
adalah trisomi 21 yaitu sekitar 92-95%, sedangkan penyebab yang lain yaitu
4,8-6,3% adalah karena keturunan. Kebanyakan adalah translokasi robertisonian
yaitu adanya perlekatan antara kromosom 14, 21 dan 22. Penyebab yang telah
diketahui adalah karena adanya kelainan kromosom yang terletak pada kromosom
yang ke 21, yaitu trisomi. Dan penyebab dari kelainan kromosom ini mungkin
disebabkan oleh beberapa hal dibawah ini, antara lain:
1.
Non disjungtion
a.
Genetik
Bersifat
menurun. Hal ini dibuktikan dengan penelitian epidemiologi pada keluarga yang memiliki
riwayat down syndrome akan terjadi penigkatan resiko keturunannya.
b.
Radiasi
Menurut
Uchida (dikutip dari Puechel dkk, dalam buku tumbuh kembang anak karangan
Soetjiningsih) menyatakan bahwa sekitar 35% ibu yang melahirkan anak down
syndrome adalah ibu yang pernah mengalami radiasi pada daerah perut. Sehingga
dapat terjadi mutasi gen.
c.
Infeksi
Infeksi
juga dikaitkan dengan down syndrome , tetapi sampai saat ini belum ada ahli
yang mampu menemukan virus yang menyebabkan down syndrome ini.
d.
Autoimun
Penelitian
Fial Kow (dikuti dari Puechel dkk, dalm buku tumbuh kembang anak karangan
Soetjiningsih) secara konsisten mendapatkan adanya perbedaan anti bodi ibu yang
melahirkan dengan down syndrome dengan anak yang normal.
e.
Usia ibu
Usia
ibu diatas 35 tahun juga mengakibatkan down syndrome. Hal ini disebabkan karena
penurunan beberapa hormon ynag berperan dalam pembentukan janin, termasuk
hormon LH dan FSH.
f.
Ayah
Penelitian
sitogenetik mendapatkan bahwa 20-30% kasus penambahan kromosom 21 bersumber
dari ayah, tetapi korelasi tidak setinggi dengan faktor dari ibu.
2.
Gangguan intragametik yaitu gangguan
pada gamet, kemungkinan terjadi translokasi kromosom 21 dan 15.
3.
Organisasi nukleus yaitu sintesis
protein yang abnormal sehingga menyebabkan kesalahan DNA menuju ke RNA.
4.
Bahan kimia juga dapat menyebabkan
mutasi gen janin pada saat dalam kandgan.
5.
Frekwensi coitus akan merangsang
kontraksi coitus, sehingga dapat berdampak pada janin.
2.1.3 PATOFISIOLOGI
Penyebab yang spesifik belum diketahui,
tapi kehamilan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun beresiko tinggi memiliki
anak down syndrome. Karena diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat
menyebabkan “non-disjungtion” pada kromosom yaitu terjadi translokasi kromosom
21 dan 15. Hal ini dapat dipengaruhi pada proses menua.
2.1.4 PERTUMBUHAN ANAK DOWN SYNDROME
Anak-anak penderita down syndrome
mongoloid atau down syndrome memiliki keterlambatan pada hubungan sosial,
motorik, serta kognitifnya, sehingga dapat dikatakan bahwa anak ini mengalami
keterlambatan pada semua aspek kehidupannya. Tetapi anak yang menderita
penyakit down syndrome memiliki
tingkatan yang berbeda-beda, yaitu dari tingkatan yang tinggi hingga yang
paling rendah.
Pada segi intelektualnya anak down
syndrome dapat menderita retardasi mental tetapi juga ada anak dengan
intelegensi normal, tetapi kebanyakan anak dengan down syndrom ini memiliki
retardasi dengan tingkat ringan hingga sedang. Pada perkembangan tubuhnya, anak
down syndrome bisa sangat pendek tetapi juga bisa sangat tinggi. Serta anak
down syndrome bisa menjadi sangat aktif dan jga bisa menjadi sangat pasif.
Sekalipun demikian kecepatan pertumbuhan anak down syndrome lebih lambat
dibandingkan dengan anak yang normal, sehingga perlu dilakukan pemantauan
terhadap pertumbuhannya secara berkelanjutan. Kita perlu memantau kadar hormon
tiroid bila pertumbuhan anak tidak sesuai dengan usia. Selain itu kita juga
dapt memantau perkembangan organ-organ pencernaan, mungkin terdapat kelainan
didalamny, atu mungkin terdapat kelainan pada organ jantung yaitu penyakit
jantung bawaan.
2.1.5 MANIFESTASI KLINIS
Berat pada bayi yang baru lahir dengan
penyakit down syndrome pada umumnya kurang dari normal, diperkirakan 20% kasus
dengan syndrome down ini lahir dengan berat kurang dari 2500 gram, anak-anak
yang menderita down syndrome ini memiliki penampilan yang khas:
1.
Bentuk tulang tengkoraknnya asimetris
atau ganjil dengan bagian belakang kepalnya mendatar (sutura sagitalis
terpisah).
2.
Lesi pada iris mata (bintik brushfield),
matanya sipit keatas dan kelopak mata berlipat-lipat (lipatan epikantus) serta
jarak pupil yang lebar.
3.
Kepalanya lebih kecil daripada normal.
(mikrosefalus) dan bentuknya abnormal serta leher pendek dan besar.
4.
Pada bayi baru lahir kelainan dapat
berupa congenital heart disease (kelainan jantung bawaan). Kelainan ini yang
biasanya berakibat fatal dimana bayi dapat meninggal dengan cepat.
5.
Hidungnya datar (hipoplastik) lidahmya
menonjol, dan kerap terjulur serta mulut yang selalu terbuka.
6.
Tangannya pendek dan lebar dengan
jari-jari tangan yang pendek dan sering kali hanya memiliki satu garis tangan
pada telapak tangannya. Telapak tangan ada hanya satu lipatan.
7.
Jarak ibu jari kaki dengan jari kedua
lebar.
8.
Jari kelingking hanya terdiri dari dua
buku dan melengkung kedalam (plantar crease).
9.
Telinganya kecil dan letaknya lebih
rendah.
10.
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
(hampir semua penderita down syndrome tidak pernah mencapai tinggi badan
rata-rata orang dewasa).
11.
Keterbelakangan mental.
12.
Hyper fleksibilitas.
13.
Bentuk palatum yang tidak normal.
14.
Kelemahan otot.
Namun tidak semua ciri-ciri diatas akan
terpenuhi pada pendarita down syndrome. Berdasarkan penelitain terakhir orang
dengan penyakit down syndrome juga dapat mengukir prestasi seperti kebanyakan
orang yang normal.
2.1.6 DIAGNOSIS
Pemeriksaan diagnostik digunakan untuk
mendeteksi adanya kelainan down syndrome, ada beberapa pemerikasaan yang dapat
membantu menegakan diagnosa ini, antara lain :
1.
Pemeriksaan fisik penderita
2.
Pemeriksaan kromosom (kariotip manosia
biasa hadir sebagai 46 autosom + XX atau 46 autosom + XY, menunjukan 46
kromosom dengan aturan XX bagi betina dan 46 kromosom dengan aturan XY bagi
jantan, tetapi dalam down syndrome terjadi kelainan pada kromosom ke21 dengan
bentuk trisomi atau translokasi kromosom 14 dan 22). Kemungkinan terulang pada
kasus (tirsomi sekitar 1% sedangkan tranlokasi kromosom 5-15%)
3.
Ultrasonograpgy (didapatkan
brachyephalic, sutura dan fontela terlambat menutup, tulang ileum dan sayapnya
melebar)
4.
ECG (terdapat kelainan jantung)
5.
Echocardiogram untuk mengetahui ada
tidaknya kelainan jantung bawaan mungkin terdapat ASD atau VSD.
6.
Pemeriksaan darah (percutaneus umbilical
blood sampling) salah satunya adalah dengan leukimia akut menyebabkan penderita
semakin rentan terkena infeksi, sehingga penderita ini memerlukan monitoring
serta pemberian terapi pencegahan infeksi yang adekuat.
7.
Penetuan aspek keturunan
8.
Dapat ditegakan melalui pemeriksaan
cairan amnion atau korion pada kehamilan minimal 3 bulan, terutama kehamilan
diusia siatas 35 tahun keatas
9.
Pemeriksaan dermatoglifik yaitu lapisan
kulit biasanya tampak keriput.
2.1.7 KOMPLIKASI
1.
Penyakit alzheimer’s (penyakit
kemunduran susunan syaraf pusat).
2.
Leukimia
2.1.8 PENATALAKSANAAN
1.
Penanganan
secara medis
a.
Pendengarannya : sekitar 70-80 % anak syndrom down
terdapat
gangguan
b.
pendengaran dilakukan tes pendengaran oleh THT sejak
dini.
c.
Penyakit jantung bawaan
d.
Penglihatan : perlu evaluasi sejak dini.
e.
Nutrisi : akan terjadi gangguan pertumbuhan pada masa bayi.
f.
Kelainan tulang : dislokasi patela.
Bila keadaan terakhir ini sampai
menimbulkan medula spinalis atau bila anak memegang kepalanya dalam posisi
seperti tortikolit, maka perlu pemeriksaan radiologis untuk memeriksa spina
servikalis dan diperlukan konsultasi neurolugis.
2.
Pendidikan
a. Intervensi
Dini
Program ini dapat dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberi lingkunga yang memeadai bagi anak dengan syndrom down, bertujuan untuk latihan motorik kasar dan halus serta petunjuk agar anak mampu berbahasa. Selain itu agar ankak mampu mandiri sperti berpakaian, makan, belajar, BAB/BAK, mandi,yang akan memberi anak kesempatan.
Program ini dapat dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberi lingkunga yang memeadai bagi anak dengan syndrom down, bertujuan untuk latihan motorik kasar dan halus serta petunjuk agar anak mampu berbahasa. Selain itu agar ankak mampu mandiri sperti berpakaian, makan, belajar, BAB/BAK, mandi,yang akan memberi anak kesempatan.
b. Taman
BermainMisal dengan peningkatan ketrampilan motorik kasar dan halus melalui
bermain dengan temannya, karena anak dapat melakukan interaksi sosial dengan temannya.
c. Pendidikan
Khusus (SLB-C)
Anak akan mendapat perasaan tentang identitas personal, harga diri dan kesenangan. Selain itu mengasah perkembangan fisik, akademis dan dan kemampuan sosial, bekerja dengan baik dan menjali hubungan baik.
Anak akan mendapat perasaan tentang identitas personal, harga diri dan kesenangan. Selain itu mengasah perkembangan fisik, akademis dan dan kemampuan sosial, bekerja dengan baik dan menjali hubungan baik.
3.
Penyuluhan
pada orang tua
Diharapkan
penjelasan pertama kepada orang tua singkat, karena kita memandang bahwa
perasaan orang tua sangat beragam dan kerena kebanyakan orang tua tidak
menerima diagnosa itu sementara waktu, hal ini perlu disadari bahwa orang tua
sedang mengalami kekecewaan. Setelah orang tua merasa bahwa dirinya siap
menerima keadaan anaknya, maka penyuluhan yang diberikan selanjutnya adalah
bahwa anak dengan sindrom down itu juga memiliki hak yang sama dengan anak
normal lainnya yaitu kasih sayang dan pengasuhan. Pada pertemuan selanjutnya
penyuluhan yang diberikan antra lain : Apa itu sindrom down, karakteristik
fisik dan antisipasi masalah tumbuh kembang anak. Orang tua juga harus diberi
tahu tentang fungsi motorik, perkembangan mental dan bahasa. Demikian juga
penjelasan tentang kromosom dengan istilah yang sederhana, informasi tentang
resiko kehamilan berikutnya.
2.1.9 PENCEGAHAN
1.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk
penyakit sindrom down antara lain :
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan (lebih dari 3 bulan). Terlebih lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan Down syndrome atau mereka yang hamil di atas usia 35 tahun harus dengan hati-hati dalam memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki resiko melahirkan anak dengan Down syndrome lebih tinggi. Down Syndrome tidak bisa dicegah, karena Down Syndrome merupakan kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah kromosom. Jumlsh kromosm 21 yang harusnya cuma 2 menjadi 3.
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan (lebih dari 3 bulan). Terlebih lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan Down syndrome atau mereka yang hamil di atas usia 35 tahun harus dengan hati-hati dalam memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki resiko melahirkan anak dengan Down syndrome lebih tinggi. Down Syndrome tidak bisa dicegah, karena Down Syndrome merupakan kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah kromosom. Jumlsh kromosm 21 yang harusnya cuma 2 menjadi 3.
2.
Konseling genetik juga menjadi alternatif yang sangat
baik, karena dapat menurunkan angka kejadian sindrom down. Dengan Gene
targeting atau Homologous recombination gene dapat dinon-aktifkan. Sehingga suatu
saat gen 21 yang bertanggung jawab terhadap munculnya fenotip sindrom down
dapat di non aktifkan.
2.2 IBU
MELAHRKAN DIATAS USIA 35 TAHUN
2.2.1 PENGERTIAN
Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang
ada pada diri anaknya dalam hal mengasuh, membimbing dan mengawasi perkembangan
anaknya ke arah yang lebihbaik (Nurul, 2002). Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia disebut bahwa Ibu adalah seorang perempuan yang telah
mengandung selama sembilan bulan dan telah melahirkan seorang anak serta
merawat dengan penuh kasih sayang.
Persalinan / melahirkan adalah
proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau
dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (Mochtar, 2002)
2.2.2 TEORI-TEORI
MENGENAI PROSES TERJADINYA PERSALINAN
Penyebab
terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti,sehingga timbul beberapa
teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan. Menurut manuaba (1998),
pengertian persalinan adalahsebagaiberikut.
1.
Teori
Penurunan Hormon
Beberapa hari sebelum partus terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan
progesteron. Sehingga otot rahim sensitif terhadap oksitosin. Penurunan kadar
progestron pda tingkat tertentu menyebabkan otot rahim molai kontraksi.
2.
Teori Kerengangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Apabila batas
tersebut telah terlewati, maka akan terjadi kontraksi, sehingga persalinan
dapat dimulai.
3.
Teori Plasenta Menjadi Tua
Plasenta yang semmakin tua sering dengan bertambahnya usia kehamilan akan
mmenyebabkan turunya kadar estrogen dan progesteron, sehingga pembuluh darah
mengalami kekejangan dan timbul kontraksi rahim.
4.
Teori Iritasi Mekanik
Di belakan seviks terletak ganglion
servikale/fleksus Fran Kenhauser. Bila ganglion ini digeser dan ditekan atau
tertekan kepada janin.
5.
Teori Oksitosin Interna
Menurutnya kosentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan mengakibatkan
aktivitas oksitosin meningkat dan kontraksi braxton hicks sering terjadi,
sehingga persalian dapat dimulai.
6.
Teori Prostaglanndin
Prostaglanndinn yang dikeluarkan oleh decidua
konssentrasinya meninggkat sejak usia kehamilan 15 minggu. Prostaglandin
dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan, pemberian prostaglandin saat
hamil dapat menimbulkan kontraksi otot hamil.
.
2.2.3
RESIKO
IBU MELAHIRKAN USIA DIATAS 35 TAHUN
Resiko tinggi melahirkan adalah ibu hamil yang
mengalami resiko atau bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun
persalinan, bila dibandingkan dengan ibu hamil yang normal. Keadaan yang dapat
mempengaruhii optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi
(Ukhti, 2005). Kehamilan resiko tinggi adalah keadaan yang dapat mengganggu
optimalisasi ibu maupun janin selama masa kehamilan (Manuaba, 2008:270), Sedangkan
menurut Suriah (2007) resiko kehamilan tinggi adalah ibu hamil yang mempunyai
resiko atau bahaya yang lebih besar pada kehamilan atau persalinannya
dibandingkan dengan ibu hamil dengan kehamilan atau persalinan normal.
Selain resiko yang terjadi pada ibu
dengan kehamilan di atas usia 30 tahun, dapat terjadi juga resiko lebih tinggi
pada janin atau bayi dengan kelahiran cacat. Dalam beberapa kasus, terlihat
bahwa umur wanita terbukti berpengaruh besar terhadap sindrom down pada bayi
yang dilahirkan. Kemungkinan wanita berumur diatas 30 tahun melahirkan bayi
dengan sindrom down adalah 1:1000. Sedangkan jika usia ibu 35 tahun,
kemungkinannya adalah 1:4000. Hal ini menunjukkan angka kemungkinan sindrom
down makin tinggi sesuai usia ibu saat melahirkan (Elsa, 2003)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar