Minggu, 17 November 2013

HUBUNGAN DOWN SYNDROME PADA ANAK DENGAN IBU MELAHIRKAN DIATAS USIA 35 TAHUN

rumus spearman brown


rumus person produk moment


rumus korelasi produck moment


PROPOSAL PENELITIAN BAB III


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1.1              METODE PENELITIAN
1.1.1        RANCANGAN PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan case control  yaitu membandingkan antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol berdasarkan status terpaparnya (Murty, 1997) dengan menggunakan pendekatan retrospektif dimana efek diidentifikasi pada saat ini kemudian faktor risiko diidentifikasi terjadinya pada waktu yang lalu (Notoatmodjo, 2002).

1.1.2        PARADIGMA PENELITIAN
paradigma penelitian ini terdiri atas satu variabel independen dan dependenText Box: YText Box: X

     Gambar paradigma sederhana

                        X : kualitas alat
                        Y : kualitas barang yang dihasilkan












KERANGKA KONSEP


 


























Keterangan :
                            Variabel yang diteliti


 

                               Variabelyang tidak diteliti

SUMBER (Buku tumbuh kembang anak, Soetjiningsih)
1.1.3        VARIABEL PENELITIAN
Sebelum suatu variabel dapat diukur, perlu untuk pertama kali dibuat prosedur atau definisi operasional yang menguraikan bagaimana pengukuran akan dibuat dan penjelasan mengenai variabel tersebut menurut peneliti.
1.      Variabel bebas :
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah :
a.          Genetik
b.          Radiasi
c.          Infeksi
d.         Autorium
e.          Usia ibu
f.           Ayah

2.      Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kejadian down syndrome

Variabel dependen                                      variabel independen





Text Box: Ibu melahirkan diatas usia 35 tahun
 


Keterangan :


 

                          Area yang diteliti

                          Berhubungan

1.1.4        DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehingga definisi operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain yang ingin menggunakan varaibel yang sama.
Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitihan.
Paradigma penelitian ini terdiri atas satu variabel independen dan dependen

No
Variabel
Definisi OPerasional
Alat Ukur
Cara Ukur
Hasil Ukur
Skala
1
Usia ibu melahirkan
Usia beresiko dalam melahirkan
(Soetjiningsih)
Kuesioner
Angket
Tinggi : > mean
Rendah : < mean
Ordinal
2
Kejadian down syndrome
Fenomena atas kejadian down syndrome
Kuesioner
Angket
Kejadian down syndrome lebih tinggi jika > mean

Kejadian down syndrome lebih rendah jika < mean
Ordinal


1.2              POPULASI SAMPEL
1.2.1        POPULASI PENELITIAN
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti. Populasi dapat berupa orang, benda, gejala, atau wilayah yang ingin diketahui oleh peniliti (Notoadmojo, 1993:75).
Populasi adalah sejumlah kasus yang memenuhi seperangkat kriteria yang ditentukan peneliti (setiadi, 2007)
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak down syndrome di SLB YKS 1 majalaya kabupaten Bandung, yaitu 90 orang.



1.2.2        SAMPLE PENELITIAN
Sampel adalah elemen-elemen populasi yang dipilih berdasarkan kemampuan mewakilinya (setiadi, 2007)
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakilnya seluruh populasi (notoadmojo, 1993 :75 dalam setiadi, 2007).
Sampel dalam penelitian ini merupakan keseluruhan dari populasi yang akan diambil yaitu ibu yang memiliki anak down syndrome sebnayak 90 orang.

1.3              PENGUMPULAN DATA
1.3.1         TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan responden dan diberi penjelasan tentang persetujuan rsponden, setiap responden berhak menjadi responden, kemudian kuesioner dibagikan kepada masing-masing responden dan diisi langsung ditempat.
1.3.1.1    INSTRUMEN PENELITIAN
1.3.1.1.1       PENGERTIAN
Menurut Suharsimi Arikunto (2000:134), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Ibnu Hadjar (1996:160) berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif.
Instrumen pengumpul data menurut Sumadi Suryabrata (2008:52) adalah alat yang digunakan untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi kuantitatif tentang variabel yang sedang diteliti.

1.3.1.1.2       JENIS INSTRUMEN PENELITIAN
Ada beberapa jenis instrumen yang biasa digunakan dalam penelitian, yaitu:
1.      Tes
Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengukuran, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
2.      Angket atau kuesioner.
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atu hal-hal yang ia ketahui.
3.      Interview (interview).
Interview digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu.
4.      Observasi.
Di dalam artian penelitian observasi adalah mengadakan pengamatan secara langsung, observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, ragam gambar, dan rekaman suara. Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.
5.      Skala bertingkat (ratings).
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subyektif yang dibuat berskala.Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup memberikan informasi tertentu tentang program atau orang. Instrumen ini dapat dengan mudah memberikan gambaran penampilan, terutama penampilan di dalam orang menjalankan tugas, yang menunjukan frekuensi munculnya sifat-sifat. Di dalam menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menentukan variabel skala. Apa yang ditanyakan harus apa yang dapat diamati responden.
6.      Dokumentasi.
Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Didalam melaksanakan metode dokumentasi, penelitian menyelidiki benda-benda tertulis seperti bukubuku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, dan sebagainya.

1.3.1.1.3       LANGKAH-LANGKAH INSTRUMEN
Iskandar (2008: 79) mengemukakan enam langkah dalam penyusunan instrumen penelitian,
yaitu:
1.      Mengidentifikasikan variabel-variabel yang diteliti.
2.      Menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi
3.      Mencari indikator dari setiap dimensi.
4.      Mendeskripsikan kisi-kisi instrumen
5.      Merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrumen
6.      Petunjuk pengisian instrumen.

1.3.1.2    UJI VALIDITAS DAN REABILITAS
1.3.1.2.1       PENGERTIAN
Validitas pengukuran merupakan prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Nursalam, 2008)
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Ibnu Hadjar (1996:160), kualitas instrumen ditentukan oleh dua kriteria utama: validitas dan reliabilitas. Validitas suatu instrumen menurutnya menunjukkan seberapa jauh ia dapat mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan reliabilitas menunjukkan tingkat konsistensi dan akurasi hasil pengukuran. Sumadi Suryabrata (2008:60)mengemukakan bahwa validitas instrumen didefinisikan sebagai sejauh mana instrumen itu merekam/mengukur apa yang dimaksudkan untuk direkam/diukur.
Sedangkan reliabilitas instrumen merujuk kepada konsistensi hasil perekaman data (pengukuran) kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau kelompok orang yang sama dalam waktu berlainan, atau kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau kelompok orang yang berbeda dalam waktu yang sama atau dalam waktu yang berlainan.
Menurut Burhan Bungin (2005:96,97) Validitas alat ukur adalah akurasi alat ukur terhadap yang diukur walaupun dilakukan berkali-kali dan di mana-mana. Sedangkan reliabilitas alat ukur menurutnya adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur, sehingga alat ukur itu dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Misalnya, menimbang beras dengan timbangan beras, mengukur panjang kain dengan meter, dan sebagainya.

1.3.1.2.2        PENGUJIAN VALIDITAS INSTRUMEN
Ada tiga jenis pengujian Validitas Instrumen. (Sugiyono: 2010).
1)      Pengujian Validitas konstruk
Instrumen yang mempunyai validitas konstruk jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan dengan yang didefinisikan. Misalnya akan mengukur efektivitaskerja, maka perlu didefinisikan terlebih dahulu apa itu efektivitas kerja. Setelah itu disiapkan instrumen yang digunakan untuk mengukur efektivitas kerja sesuai dengan definisi. Untuk menguji validitas konstruk, maka dapat digunakan pendapat ahli. Setelah instrumen dikonstruksikan tentang aspek-aspek yang akan diukur, dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang, dan umumnya mereka telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti. Setelah pengujian konstruk dengan ahli, maka diteruskan denganuji coba instrumen. Setelah data ditabulasi, maka pengujian validitas konstruk dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen.
2)      Pengujian Validitas Isi
Instrumen yang harus memiliki validitas isi adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar dan mengukur efektivitas pelaksanaan program dan tujuan. Untuk menyusun instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi, maka instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program, maka instrumen disusun berdasarkan program yang telah direncanakan. Untuk instrumen yang berbentuk tes, maka pengujian validitas isidapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Jika dosen memberikan ujian di luar pelajaran yang telah ditetapkan, berarti instrumen ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi. Secara teknis, pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur, dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu, maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.
3)      Pengujian Validitas Eksternal
Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja sekelompok pegawai. Maka kriteria kinerja pada instrumen tersebut dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan (empiris) tentang kinerja yang baik. Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta di lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut mempunyai Validitas eksternal yang tinggi.


Adapun rumus yang dipakai :
Description: D:\Rumus Person Products Moment.jpg
1.3.1.2.3        PENGUJIAN RELIABILITAS INSTRUMEN
Pengujian reliabilitas instrumen menurut Sugiyono (2010:354) dapat dilakukan secara eksternal dan internal. Secara eksternal, pengujian dilakukan dengan test – retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal pengujian dilakukan dengan menganalisis konsistensi
butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik-teknik tertentu.
1. Test retest
Instrumen penelitian dicobakan beberapa kali pada responden yang sama dengan instrumen yang
sama dengan waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan, maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.

2. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya sama. misalnya, berapa tahun pengalaman Anda bekerja di lembaga ini? Pertanyaan tersebut ekuivalen dengan tahun berapa Anda mulai bekerja di lembaga ini? Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua dan berbeda, pada responden yang sama. Reliabilitas diukur dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan instrumen yang dijadikan ekuivalennya. Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrumen dapat dinyatakan reliabel.
3. Gabungan
Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang ekuivalen beberapa kali ke responden yang sama. cara ini merupakan gabungan dari test-retest (stability) dan ekuivalen. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua dan selanjutnya dikorelasikan secara silang. Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda, maka akan dapat dianalisis keenam koefisien reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi itu semuanya positif dan signifikan, maka dapat
dinyatakan bahwa instrumen itu reliabel.
4. Internal Consistency
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik-teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split half)
Description: D:\Rumus Spearman Brown.jpg
Description: D:\rumusssss.jpg
1.4              PROSEDUR PENELITIAN
1.4.1        TAHAP PERSIAPAN
Menyusun rancangan penelitian, studi pendahuluan, menyusun proposal penelitian, memilih rumusan masalah, melakukan srudi kepustakaan, pemilihan semple, menyusun instrumen penelitian, perbaikan instrumen penelitian,melakukan perbaikan proposal, seminar proposal, dan permohonan ijin penelitian.

1.4.2        TAHAP PELAKSANAAN
Mendapatkan izin penelitian, melakukan uji coba instrumen, mendapat persetujuan dari responden, uji validasi instrumen penelitian, melakukan penelitian, pengolahan data, analisa data, menarik kesimpulan dan penyusunan laporan akhir.

1.4.3        TAHAP AKHIR
Sidang atau persentasi penelitian.


1.5              PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
Pengolahan data menggunakan program SPSS. Tahap-tahap pengolahan data sebagai berikut :
1.5.1        PEMILIHAN DATA (EDITING)
Yaitu tahapan kegiatan mengkoreksi data yang telah terkumpul baik secra pengisian, kelengkapan jawaban, dan relevansi jawaban yang terdapat pada kuesioner.
1.5.2        PENYUSUNAN DATA (TABULASI)
Yaitu penglompokan data dalam bentuk tabel sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.
1.5.3        PEMBERIAN DATA (CODING)
Yaitu mengklasifikasikan data yang diperoleh kedalam kategori dengan menggunakan coding.
                        Analisis bivariat yang dilakukan pada dua variabel yang diduga saling brhubungan (notoatmodjo, 2005) analisis dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputer. Adapun rumus yang dipakai adalah chisquare, dengan menggunakan tingkat kemaknaan 95% atau nilai alpha 0,05 (5%) dimana kriteria pengujian adalah sebagai berikut.
1.      Bila p Value < alpha (0,05%) maka hubungan tersebut secara statistik ada hubungan yang bermakna.
2.      Bila p Value > alpha (0,05%) maka hubungan tersebut secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna (arikunto, 1996)

1.6              ETIKA PENELITIAN
Suatu penelitian harus berpedoman pada norma dan etika. Menurut
Nursalam (2003) dalam penelitian yang subjeknya manusia, maka ada tiga
prinsip penelitian yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Prinsip Manfaat
a. Bebas dari penderitaan
Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus. Dalam melakukan penelitian kepada mahasiswa bidang kesehatan, peneliti sangat memperhatikan subjek penelitian dan meyakinkan bahwa informasi yang telah diberikan tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang bisa merugikan subjek.
b. Bebas dari eksploitasi
Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan yang tidak menguntungkan. Mahasiswa diyakinkan bahwa partisipasinya dalam penelitian ini tidak akan disalahgunakan demi kepentingan pribadi serta menjelaskan manfaat dari penelitian ini bagi subjek, peneliti dan masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan dengan tidak mencantumkan nama subjek penelitian dalam kuesioner.
c. Risiko
Peneliti harus mempertimbangkan resiko dan keuntungan yang akan berakibat kepada subjek penelitian pada setiap tindakan. Dalam penelitian ini, resiko dapat diminimalisir karena penelitian yang dilakukan bukan bersifat eksperimen dan hanya menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner.

2. Prinsip Menghormati Manusia
Peneliti memberikan informed consent dan informasi secara lengkap tentang
tujuan penelitian ini. Setelah subjek bersedia menjadi responden, maka subjek menandatangani lembar persetujuan. Pada informed consent dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu. Dalam penelitian ini, peneliti menjelaskan informasi mengenai tujuan penelitian pada mahasiswa serta memberikan informed consent. Jika subjek penelitian yaitu mahasiswa bersedia menjadi responden, maka subjek menandatangani lembar persetujuan. Namun jika tidak bersedia, tidak akan ada pemberian sanksi apapun.
3. Prinsip Keadilan
        Peneliti memperlakukan subjek secara adil baik sebelum, selama, dan sesudah keikutsertaannya dalam penelitian ini tanpa adanya diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dropped out sebagai responden. Peneliti merahasiakan informasi (confidentially) yang diberikan oleh subjek dan untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti menyediakan kuesioner tanpa mencantumkan identitas nama responden (anonymity).


1.7              LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian akan dilakukan di SLB YKS 1 majalaya Kabupaten Bandung. Penelitian ini direncanakan mulai november-februari 2014.